Selasa, 22 April 2014

Psikologi: Motivasi



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke  arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik.    
            Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.        
         
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.    Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.      
         
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
          Motivasi berasal dari kata lain “MOVERE” yang berarti dorongan atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif.
          Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi mempunyai peranan starategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas sehari-hari.

B. Konsep Motivasi
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut :
1. Model Tradisional
          Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.
2. Model Hubungan Manusia
          Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting.
3. Model Sumber Daya Manusia
          Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.    

C. Jenis Motivasi
1. Motivasi Intrinsik
          Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
          Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.


2. Motivasi Ekstrinsik
          Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.         

D. Teori-teori Motivasi        
1. Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting;
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

2. Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)
          Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
1) Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik).
2) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).         

3. Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR
          Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.          

4. Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )
          Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

5. Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi)
          Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
          Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

6. Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)  
         
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.        

7. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)
          Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya;
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi;
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
kegiatan.

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
          Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.

9. Teori Keadilan       
          Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
·       Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
·         Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
·         Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
·         Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
          Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.

10.Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.     
          Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .        
          Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Motivasi adalah keadaan individu yang terangsang yang terjadi jika suatu motif telahdihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai. Sedangkan motif adalah segaladaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif tidak dapat dilihat begitusaja dari perilaku seseorang karena motif tidak selalu seperti yang tampak, bahkankadang-kadang berlawanan dari yang tampak. Dari tujuan-tujuan yang tidak selalu disadariini, kita dipaksa menghadapi seluruh persoalan motivasi yang tidak disadari itu. Karena teori motivasi yang sehat tidak membenarkan pengabaian terhadap kehidupan tidak sadar.
            Dari banyaknya pandangan yang berbeda mengenai motivasi yang mungkin dikarenakanoleh penggunaan metode observasi yang berbeda-beda, studi tentang berbagai kelompokusia dan jenis kelamin yang berbeda, dan sebagainya, terdapat model tentang motivasiyang digeneralisasi yang mempersatukan berbagai teori yang ada.Ada macam-macam motivasi dalam satu perilaku.
            Suatu perbuatan atau keinginan yangdisadari dan hanya mempunyai satu motivasi bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa.Karena suatu keinginan yang disadari atau perilaku yang bermotivasi dapat berfungsisebagai penyalur untuk tujuan-tujuan lainnya.Apabila dapat terjadi keseimbangan, hal tersebut mencerminkan ”hasil pekerjaan”seseorang yang berhadapan dengan potensinya untuk perilaku, yang dapat diidentifikasisebagai ”kemampuannya”. Jadi, motivasi memegang peranan sebagai perantara untukmentransformasikan kemampuan menjadi hasil pekerjaan.





DAFTAR PUSTAKA

Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : PT. Gramedia
Sri Lestari W, 2011, Motivasi Menuju Keberhasilan, Yogyakarta: Talenta Media Utama
Agus.Teori-Teori Motivasi. http://agus.blogchandra.com/teori-teori-motivasi/
Sudrajad, akhmad. 2008. Teori-Teori Motivasi


Trend Make Up



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah
Ajaran islam adalah petunjuk bagi manusia untuk mewujudkan suatu kehidupan yang penuh rahmat. Wujud yang nyata dari rahmat Allah SWT itu ialah keselamatan, kesehatan, kewarasan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan.
Hukum pada hakikatnya tidak lain adalah jaminan untuk mewujudkan kemaslahatan dalam kehidupan manusia. Salah satu dari kemaslahatan adalah berhias diri sesuai dengan ajaran islam, menghias diri yang dianggap sebagai kebiasaan yang selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tradisi yang ada.
Salah satu bagian dari berhias diri adalah bermake up/ tatarias.Make Up/Tata rias merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap manusia mulai dari bedak, semir rambut, lipstick dan farfum. Tuntutan larangan bermake up itu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW beserta kesepakatan para ulama. Akan tetapi umat islam yang mengabaikan dan bersifat acuh tak acuh akan tuntutan dan larangan ber make up tersebut, baik laki-laki maupun perempuan. Apa yang menyedihkan adalah cara atau tren bermake up segolongan individu,khususnya, perempuan, tidak menepati dengan apa yang digariskan oleh syara’ make up yang digunakan menempal sebagai perhiasan semata-mata agar dipandang cantik dan bergaya.
Dr. Muzammil H. Siddiqi pernah menjawab pertanyaan mengenai boleh tidaknya seorang muslimah memakai kosmetik. Pertama, diperbolehkan bagi seorang wanita menggunakan kosmetik dan lipstik untuk mempercantik dirinya sendiri. Ia diperbolehkan shalat dalam keadaan menggunakan kosmetik asalkan ia memakainya setelah berwhudu. Namun, harus dipastikan juga kosmetik yang dipakai itu tidak mengandung sesuatu yang diperkirakan tidak bersih dan dilarang dalam Islam (zat haram). Beberapa kosmetik mungkin bisa saja mengandung bahan dari babi dan itu dilarang serta tidak boleh dipakai. Para wanita harus memastikan telah mencuci anggota tubuhnya yang mesti dibasuh oleh air wudhu sebelum memakai lipstik atau kosmetik lainnya. Seorang wanita yang mengabaikan soal wudhu ini hanya gara-gara tidak ingin wudhunya itu mengganggu make up-nya maka ia telah berdosa.
Ingatlah baik-baik bahwa berwudhu adalah aktivitas penting agar kita bisa melaksanakan shalat. Nabi Muhammad bersabda, “Shalat tidak diterima tanpa wudhu.” Jika ada bagian tubuh yang semestinya dibasuh tetapi tidak dibasuh maka wudhunya tidak lengkap dan shalat yang dikerjakannya pun menjadi tidak sah.
Kedua, meskipun wantia diperbolehkan menggunakan lipstik atau kosmetik lainnya untuk mempercantik dirinya sendiri, tetapi seperti hal lainnya dalam Islam maka ini pun harus dalam batasan yang tidak berlebih-lebihan. Terlalu banyak menggunakan kosmetik menghabiskan uang juga waktu begitu banyak tidak diterima dalam sistem dan nilai-nilai Islam. Islam menginginkan pengikutnya, baik itu laki-laki maupun wanita, untuk menjadi seseorang yang bersikap rendah hati, sopan, tidak berlebih-lebihan, dan sederhana.
Jika ada muslimah yang keluar dari rumahnya, terutama untuk acara kumpul-kumpul bersama maka mereka mesti lebih hati-hati dengan penampilannya. Penampilan mereka harus tidak terkesan pamer atau terkesan mengundang laki-laki untuk mendekatinya. Mereka tetap bisa tampil sesuai acara, cantik, rapi, tetapi penampilannya itu tetap menjaga harga diri dan kehormatannya. Mereka harus menjaga kesucian dirinya sendiri dan juga kesucian masyarakat di sekitarnya.  

1.2 Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang  penelitian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pemahaman mahasiswa/I STAIN Malikussaleh Lhokseumawe tentang bermake up?
2.      Bagaimana pemahaman mahasiswa/I STAIN Malikussaleh Lhokseuamawe tentang tuntutan atau larangan dalam bermake up yang sesuai dengan hukum islam?
3.      Bagaimana mahasiswa/I STAIN Malikussaleh menanggapi tentang cara-cara bermakeup up yang sesuai dengan syariat islam?
4.      Apa saja landasan hukum dan tata cara bermake up yang diperbolehkan dalam islam?

1.2.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa/I STAIN Malikussaleh Lhokseumawe  tentang bermake up.
2.      Untuk  mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa/I STAIN Malikussaleh Lhokseumawe  tentang tuntutan atau larangan bermake up menurut hukum islam.
3.      Untuk menjelaskan bagaimana cara bermake up yang sesuai dengan syariat islam.
4.      Untuk memperkenalkan landasan hukum  tentang tata-tata  cara bermake up yang diperbolehkan dalam islam.
           
1.3.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari proposal ini adalah :
1.      Manfaat praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperjelaskan bagaimana cara bermake up yang sesuai dengan syariat islam, sehingga menumbuhkan kesadaran mahasiswa/I di STAIN Malikussaleh Lhokseumawe khususnya dalam bermake up.
2.      Manfaat teoritis, secara akademis hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk masyarakat serta mahasiswa/I STAIN Malikussaleh Lhokseumawe dalam menggunakan pemahaman teks agar bisa menjelaskan tentang tata cara bermake up.
1.5. Metodologi Penelitian
1.    Melakukan studi dari buku, artikel di internet yang berhubungan dengan trend            Make Up.
2.   Menyusun kuesioner
3.   Pendistribusian kuesioner kepada responden
4.   Menganalisa data dengan menggunakan prinsip dasar uji validitas dan realiabitas.









BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Trend
       Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.  Menurut kamus besar Bahasa Indonesia : “Trend atau mode merupakan bentuk nomina yang bermakna ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu (tata pakaian, potongan rambut, corak hiasan, dansebagainya).
       Trend atau Mode atau fesyen ( Inggris: fashion) adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya. Secara umum, fesyen termasuk  bahasa, seni, dan arsitektur. Menurut para ahli :                
       Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion sebagai komunikasi “Trend atau fashion adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.

2.2.      Pengertian Make Up
       Tata rias wajah atau make up adalah kegiatan mengubah penampilan dari bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah make up lebih sering ditujukan kepada pengubahan bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh bisa di hias (make up). Make up atau tata rias Sebenarnya adalah Dekorasi yang dilakukan secara langsung pada permukaan kulit seorang aktor, baik untuk tujuan artistik atau kosmetik. Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada wajah, tetapi juga pada semua anggota badan. Tujuannya tidak untuk menjadikan aktor/aktris lebih cantik atau tampan, tetapi lebih ditekankan pada kesesuaian karakter tokoh yang diperankan. Jadi, unsur manipulasi sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula bagaimana efeknya pada saat pengambilan gambar dengan kamera. Membuat tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dan lain-lain.      

2.3.      Make Up dalam Pandangam Islam
       Dalam dunia muslimah, make up adalah sebuah keajaiban. Bagaimana tidak? dengan make up, pipi yang chubby bisa dibuat lebih tirus. dengan make up, mata yang sayu bisa dibuat lebih berbinar dan indah. Dengan make up pula, bibir yang tipis bisa tampak lebih berisi dan menarik. tak mengherankan, sebagian muslimah kerap membawa makeup kit di dalam tas nya, kemanapun mereka pergi. ya, mereka senantiasa membawa make up, mulai dari yang sederhana (seperti bedak plus lipstik) sampai 1 set peralatan make up lengkap.
       Beberapa merk make up memproklamirkan produknya berbahan alami sehingga aman dipakai dan tidak menimbulkan efek samping. namun demikian, dipasaran kita akan menemukan beberapa merk lipstik, bedak, perona pipi, dan pensil alis tidak bertanggung jawab yang menggunakan bahan kimia berbahaya. Harganya yang lebih terjangkau kerap emmbuat wanita tergiur tanpa berfikir panjang akan bahaya yang menghadang akibat pemakaian kosmetik berbahaya tersebut. 
       Selain itu, beberapa produk kosmetik pun menggunakan bahan-bahan yang dipertanyakan kehalalanya. beberapa kosmetik bahkan terdeteksi mengandung minyak babi. Tentu saja, disamping bebrbahaya, pemakaian kosmetik jenis ini bertentangan dengan syariat islam yang mewajibkan penggunaan produk halal.
penggunaan makeup bisa dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu :       
      
1.        Make up kesehatan, artinya make up yang digunakan hanya sebatas melindungi kulit agar tetap sehat tanpa harus mengubah kealamiannya. selain itu, bagan-bagan yg  di gunakan pun tergolong sederhana dan aman.  

2.        Make up kecantikan, artinya make up yang fungsinya tidak lagi sebatas perlindungan dan perawatan, tetapi sudah berfungsi sebagai penambah kecantikan dan pastinya mengubah kealamian kulit yang diberikan make up tersebut . harganya sudah dipastikan hanya dijangkau oleh kalangan tertentu.

3.        Make up berbahaya, artinya bahan yang digunakan mengandung zat-zat tertentu yang membahayakan. baik fungsinya sebatas melindungi atau menambah kecantikan.        

Hukum menggunakan make up dalam islam jika make up kesehatan, sudah jelas tidak menjadi masalah berdasarkan tinjauan fiqih islam karena tidak terdapat unsur-unsur yang melanggar syar'i ataupun medis. make up jenis ini bahkan dianjurkan karena seorg muslimah harus terlihat sehat dan segar. make up kecantikan, status halal-haramnya atau boleh tidaknya bergantung pada syarat-syarat berikut :        
1. tidak ada unsur menyambung rambut, baik rambut kepala ataupun bulu mata
2. tidak ada unsur bertato      
3. tidak ada unsur mencukur alis       
4. tidak ada unsur buka aurat             
keempat syarat ini wajib terpenuhi, bila tidak dipenuhi meskipun hanya salah satu di antaranya, make up jenis ini menjadi terlarang.      
       Make up berbahaya, sudah jelas dilarang dalam islam. jangankan memakai dalil naqli ( Al-quran dan As-Sunnah), secara aqli (rasio) pun sudah selayaknya dijauhi sebab penggunaan bahan berbahaya pasti akan mendatangkan banyak kemadharatan.

2.4. Muslimah Cantik Dalam Islam
      
Memandang “Cantik” dari Sisi Islam Adalah sudah sangat wajar jika semua Perempuan menginginkan dirinya dapat tampil cantik secara lahiriyah. Cantik itu adalah anugerah yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Namun, ada juga yang memandang jika “cantik” adalah sebuah ujian. Lalu bagaimanakah Islam memandang tentang kecantikan seorang wanita ini?
Cantik sebagai anugerah bisa kita lihat dari beberapa faktor di bawah ini,
·           Dengan meningkatkan rasa syukur kepada Allah atas apa yang telah diberikan kepada dirinya.
·           Memiliki keyakinan diri yang tinggi, bahwa sesungguhnya kecantikan bukanlah segala-galanya.
·           Sedap jika dipandang mata. Itupun kembali lagi ke point pertama tadi.
·           Tampil seadanya. Tidak perlu menggunakan make-up yang berlebihan. Karena            sebenarnya make up hanya akan menutupi kecantikan alami yang telah diberikan           kepada wanita. Kita hanya perlu untuk merawatnya dengan baik dan menjaganya agar tetap tampil seadanya.
       Bunga yang cantik pastilah akan menarik kumbang-kumbang untuk datang. Begitu juga dengan wanita. Jika ia dapat tampil cantik maka laki-laki pun akan banyak yang tertarik untuk mendekatinya. Semua itu tergantung bagaimana wanita dapat menjaganya. Karena kecantikan hati lah yang lebih utama daripada kecantikan wajahnya. Karena bagaimanapun juga, cantik itu “relative”.
       Lalu bagaimanakah kita bisa menyebut cantik adalah ujian? Cobalah simak beberapa point di bawah ini.
·           Seringkali kecantikan wanita dijadikan bahan komersial. Karena kecantikan     mereka hanya dipandang  lahiriyahnya saja. Sehingga mereka tidak sadar jika   kecantikan mereka hanya dimanfaatkan untuk diperjualbelikan saja.
·           Wanita disayangi karena rupa. Sungguh menyakitkan jika wanita disayangi     hanya karena parasnya saja yang cantik. Berarti mereka tidak disayangi secara             tulus.
·           Cantik hanya akan menimbulkan riak dalam hati. Seperti yang kita tahu, banyak wanita yang merasa iri pada wanita lain karena parasnya yang cantik. Sering mereka tidak bisa menerima apa yang mereka miliki dengan mengubah penampilan mereka, seperti “rebonding”, operasi plastic ataupun perawatan kecantikan yang lain. Mereka berlomba-lomba hanya untuk bisa tampil cantik di depan umum. Lalu apakah dengan cara seperti itu mereka dapat tampil cantik di hadapan Allah? Setelah mereka dapati kecantikan itu, bagaimanakah jika Allah mengambilnya hanya dengan sekedipan mata? Jadi, bersyukurlah dengan apa yang kita miliki, karena dengan bersyukur itulah kita akan bisa menerima semuanya dengan ikhlas. Terlebih lagi yakinlah pada diri sendiri bahwa kita dilahirkan cantik dan unik.  

2.5.   Bahaya Terlalu Sering Menggunakan Make Up
       Berdandan atau menggunakan make up merupakan cara untuk membuat tampil cantik dan menarik. Setiap ada produk kosmetik baru, banyak wanita yang kemudian mencobanya. Namun, tahukah Anda kalau sering menggunakan make up itu dapat menimbulkan masalah bagi wajah Anda. Dan berikut ini adalah empat kerugian dan bahaya terlalu sering menggunaka make up:
1.    Bisa menyumbat pori-pori           
       Setiap jenis make up mengandung beberapa bahan kimia, dan ini cenderung menyumbat pori-pori kulit, sehingga pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan besar pada kulit yang menyebabkan jerawat.          

2.    Menyebabkan penuaan lebih cepat         
       Menggunakan make up sepanjang waktu menyebabkan dehidrasi kulit seperti kulit tidak bisa bernapas. Selain itu, seringnya memakai kosmetik akan membuat kulit dehidrasi sehingga pada akhirnya akan menyebabkan keriput dan tanda-tanda penuaan kulit lainnya.
3.    Harus diaplikasikan secara tepat 
       Bukan hanya memoleskan makeup secara sesuai, penggunaan kosmetik juga harus diperhitungkan, seperti dengan kondisi kulit atau bahan yang digunakan. Mayoritas perempuan tidak tahu tata cara untuk merias wajah dengan baik. Hal ini membuat mereka terlihat bahkan lebih buruk.
Ada prosedur aplikasi yang tepat untuk make up, tidak setiap perempuan tahu tentang hal itu. Tidak menerapkan kosmetik dengan benar juga bisa membuat Anda terlihat konyol.
4.    Biasanya hanya diuji terhadap hewan    
       Kebanyakan produsen make up biasanya hanya menguji produknya terhadap hewan. Meskipun ada beberapa produk organik yang terdapat di pasaran, harganya juga pasti lebih mahal.
Beberapa alasan di atas mungkin akan membuat Anda berpikir untuk menggunakan kosmetik terlalu sering. Untuk menjaga kesehatan kulit wajah, lebih baik hindari penggunaan make up jika tidak diperlukan.