Minggu, 11 Mei 2014

Mengubah Skor Mentah Menjadi Huruf dan Nilai 1-10


Mengubah Skor Mentah Menjadi huruf dan nilai 1-10

BAB I
PENDAHULUAN

A.   latar Belakang
       Dari pelaksanaan penilaian (melalui pengukuran atau tidak) dapat dikumpulkan sejumlah data atau informasi yang dibutuhkan dalam evaluasi hasil belajar. Data yang terkumpul dari penilaian dengan teknik tes akan berupa data kuantitatif, sedangkan teknik non tes akan menjaring data kualitatif maupun kuantitatif sekaligus. Data yang terkumpul baik melalui teknik tes maupun teknik non tes merupakan data mentah yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Kegiatan mengolah data yang berhasil dikumpulkan melalui kegiatan penilaian inilah yang disebut kegiatan pengolahan hasil penilaian.
       Adapun pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan bantuan statistik. Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok yang harus di tempuh.
1)        Menskor, yaitu memperoleh skor mentah daritiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban kunci scoring dan pedoman konversi.
2)        Mengubah skor mentah menjadi skor standar
3)        Menkonversikan skor standar kedalam nilai
4)        Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan         realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.

B.   Rumusan  Masalah       
1.      Apa pengertian skor dan nilai ?
2.      Bagaimana cara mengolah skor mentah menjadi nilai huruf  A, B,C,D,E ?
3.      Bagaimana cara mengolah skor mentah menjadi angka 1 – 10?
A.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam membahas masalah ini adalah untuk mengetahui :
1.      Pengertian  nilai dan skor
2.      Bagaimana cara mengolah skor mentah menjadi nilai huruf A - E
3.      Bagaimana cara mengolah skor mentah menjadi  nilai angka 1 -10





















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Skor dan Nilai
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item test  yang telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar.
Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh siswa terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh guru kepada siswa atas jawaban betul yang diberikan oleh siswa dalam hasil tes belajar.

B.        Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
Disamping penilaian yang dinyatakan dengan angka kita mengenal pula penilaian dengan huruf. Seperti penilaian yang dilakukan oleh guru taman kanak-kanak. Pengolahan skor mentah menjadi huruf menggunakan sifat-sifat yang terdeapat pada kurva normal atau distribusi normal sebagai dasar perhitungan.
Adapun ciri-ciri distribusi normal antara lain adalah sebagai berikut:
1.         Memiliki jumlah atau kepadatan frekuensi yang tetap pada jarak deviasi-deviasi     tertentu.
2.    Pada distribusi normal, mean, median, dan mode berimpit (sama besar),terletak           tepat ditengah kurva dan membagi dua sama besar jarak deviasi.                      Berdasarkan sifat-sifat distribusi normal itulah maka untuk penjabaran skor           mentah enjadi nilai huruf dipergunakan mean dan SD.[1]
1.    Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M)        dan Rerata Deviasi (RD).
Mencari mean (M) dan Deviasi Standar dalam rangka mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang diolah kurang dari 30, digunakan tabel distribusi frekuensi tunggal; dan jika banyaknya skor yang diolah lebih dari 30,  misalnya sampai 40 atau 50 skor atau lebih, sebaiknya digunakan tabel distribusi frekuensi bergolong. Berikut ini sebuah contoh yang menggunakan tabel distribusi tunggal.
Misalkan seorang guru memperoleh skor mentah dari hasil test yang telah diberikan kepada 20 orang peserta didik sebagai berikut:
73, 70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,
60, 59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41, 40.
Skor mentah itu akan diolah menjadi huruf A, B, C, D, E dengan menggunakan M dan SD. Untuk itu membuat tabel sebagai berikut.[2]
Langkah-langkah menysun tabel:
a.    Masukan nama siswa (kedalam kollom satu) dan skor masing-masing siswa      (kedalam kolom 2), kemudian jumlahkan.   .
b.    Menghitung mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N (banyaknya       peserta didik yang dites). Jadi, rumus untuk mencari M adalah M = (Σ X)/N=60
c.    Mengisi kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).
d.    Mengisi kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3. Kemudian           jumlahkan sehingga memperoleh ∑ (X-M)2.
e.         Langkah terakhir adalah menghitung mean dan SD dengan rumus-rumus    sebagai berikut:
TABEL UNTUK MENGHITUNG MEAN DAN RD        

Nama Siswa
Skor mentah (X)
(X-M) atau (d)
(X-M)2 atau (d)2
Amrin
73
13
169
Budi
70
10
100
Fiki
68
8
64
Mardi
68
8
64
Popon
67
7
49
Sarman
67
7
49
Jufri
65
5
25
Pairah
65
5
25
Nana
63
3
9
Rini
62
2
4
Suci
60
0
0
Nandar
59
1
1
Jamhari
59
1
1
Pipit
58
2
4
Kusnan
58
2
4
Ida
56
4
16
Tutik
52
8
64
Paimo
50
10
100
Waluyo
41
19
361
Paiman
40
20
400
Jumlah
1201
135
1509

Dari tabel ini kemudian dicari mean dan RD dengan rumus sebagai berikut:
      M = (Σ X)/N        
       M = 1201/ 20 =
 60,05 dibulatkan = 60  
            RD = { Σ(X-M)}/N    
       RD = 135/20 = 6,75 dibulatkan = 6,8
       Penjabaran menjadi nilai huruf



 





                                                                                                                = 6 SD
          -3           -2           -1           0            1            2            3




                                                                                                                      = 4 Unit

E                D                       C                       B                         A


Dari perhitungan sebelumnya, maka kita telah memperoleh mean = 60 dan RD = 6,8. Selanjutnya kita dapat menjabarkan skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Pertama kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam penjabaran  ini kita menggunakan seluruh jarak range dari kurva normal, yaitu   diantara -3 SD s.d +3 SD = 6 SD. Karena nilai huruf yang akan digunakan       adalah A-B-C-D-E yang berarti 4 unit, dalam hal ini tentukan besarnya SUD          = 6       SD : 4 = 1,5 SD. RD sebagai pengganti SD Jadi, SUD = 1,5×6,8 = 10,2        dibulatkan = 10.
b.    Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada skala  penilaian A-B-C-D-E. Jadi kita telah mendapatkan SUD= 10 dan    titik tengah C = M = 60.
c.         Langkah selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batas atas dari masing-       masing nilai huruf. Karena titik tengah 60 maka.
       1)    Batas bawah C = M – 0,5 SUD = 60 - 5 = 55
       2)    Batas atas C = M + 0,5 SUD = 60 + 5 = 65
       3)    Batas bawah D = M - 1,5 SUD = 60 -15 = 45
       4)     Batas atas B = M + 1.5 SUD  = 60 + 15 = 75
       5)    Skor diatas 75 = A   
d.    Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20 orang peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
       1)      Skor > 76 = A = tidak ada
       2)      Skor 66 - 75 =  B = 6 orang
       3)      Skor 55 – 65 = C = 10 orang
       4)      Skor 45 – 54 = D = 2 orang
       5)      Skor 45 kebawah = E = 2 orang

2.    Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean dan  Standar deviasi (SD)
Cara lain mengolah skor mentah menjadi nilai huruf ialah dengan menggunakan mean dan SD yang diperoleh dengan membuat tabel frekuensi. Untuk jelasnya, berikut ini kami kemukakan sebuah contoh.[3]
Misalkan seorang guru SMA memperoleh skor dari hasil ujian semester dari 50 orang peserta didik sebagai berikut:
       97, 93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80
80, 78, 76, 76, 75, 74, 73, 72, 72, 71
69, 67, 67, 67, 64, 63 63, 62, 62,  60
58, 57, 57, 56, 56, 54, 52, 50, 47, 45
43, 39, 36, 36, 32, 29, 27, 26, 20, 16
Skor mentah ini akan kita olah menjadi nilai huruf A, B, C, D, E. Untuk mencari mean dan SD kita susun skor mentah tersebut kedalam tabel frekuensi. (lihat kembali cara menyusun tabel seperti yang telah diuraikan). Kita cari range untuk menentukan besarnya interval dan kelas interval.
R =  97 16 = 81
Kelas interval = R/i + 1 = 81/10 + 1 = 9
Jadi dengan menentukan besar intervalnya 10 maka kita peroleh kelas interval = 9.

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas
Interval
F
D
Fd
Fd × d
1
96 – 105
1
4
4
16
2
86 – 95
6
3
18
54
3
76 – 85
7
2
14
28
4
66 – 75
10
1
10
10
5
56 – 65
11
0
0
0
6
46 – 55
4
-1
-4
4
7
36 – 45
5
-2
-10
20
8
26 – 35
3
-3
-9
27
9
16 – 25
3
-4
-12
48


50

11
207

Dari tabel ini kita mencari mean dengan rumus:
M = M’ +  i (∑fd/N)       
Keterangan:
M    = mean sebenarnya yang akan dicari
M’   = mean dugaaan dalam tabel ini
       = (56 + 65)/2 = 60,5
I      = interval = 10

Dengan rumus diatas maka:
M= 60,5 +10 (11/50) = 60, 5 + 2,2 = 62,7= 63
Cara mencari standar deviasi adalah dengan rumus:
SD= i  
Dari tabel diatas kita dapat menghitung SD sebagai berikut:
DS = 10  = 10 x 1,9 = 19
Kita tentukan nilai tengah C = 63 (mean)
Besarnya skala unit deviasi (SUD) = 1,5 SD = 1,5 x 19 = 28,5
Titik Tengah = mean = C
Ø  Batas bawah C = M – 0.5 SUD = 63 – 14 = 49
Ø  Batas atas C = M + 0,5 SUD = 63 + 14 = 77
Ø  Batas bawah D = M – 1,5 SUD = 63 – 42 = 21
Ø  Batas atas B = M + 1,5 SUD = 63 + 42 = 105
Ø  Skor di atas 105 = A

Kemudian kita susun sebagai berikut:
Skor > 105 = A = Tidak ada
Skor 78 – 105 = B = 12 Siswa
Skor 49 – 77 = C = 26 Siswa
Skor 21 – 48 = D = 10 Siswa
Skor < 21 = E = 2 Siswa

3.    Menggunakan Batas Lulus = Mean
       Skor yang kita gunakan adalah skor 50 siswa diatas. Jika ditentukan mean sebagai batas lulus = 63 maka skor 63 ke atas dibagi menjadi nilai A, B,C, D.sedangkan skor < 63 mendapat nilai E.







                                                           M         

            -3                  -2                -1                0                 1                 2               3    
                                                                              0,75     1,5            2,25          3
                                                                                                                            
                                                                                D            C              B          A

·           Dari gambar diatas ternyata besarnya SUD = 0,75 x SD = 0,75 x 19 = 14, 25
·           Kita tinggal menghitung batas atas dan bawahnya
·           Batas bawah D = batas lulus = 63
·           Batas atas D = M + 1 SUD = 63 + 14,25 = 77,25
·           Batas atas C = M + 2 SUD = 63 + 28,5 = 91,5
·           Batas atas B = M + 3 SUD = 63 + 42,75 = 105,75
·           Skor  mendapat nilai A
·           Dengan perhitungan seperti ini, maka diperoleh hubungan sebagai berikut
Ø Yang mendapat nilai A (skor ) Tidak ada
Ø Nilai B skor 92 – 105 = 3 siswa
Ø Nilai C skor 78 – 91 = 9 siswa
Ø Nilai D 63 – 77 = 15 siswa
Ø Nilai E skor < 63 = 23 siswa

4.    Mengola skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean ideal dan SD ideal
Jika skor maksim um ideal dari tes yang di berikan kepada 50 orang siswa tersebut = 120, maka mean ideal = ½ x skor maksimum ideal = ½ x 120 = 60, dan DS ideal = 1/3 x 60 = 20
Dengan penjabaran seperti bagian B diatas dengan ketentuan nilai C = mean dan SUD = 1,5 SD maka:
·           Mean = 60 ; SD = 20,   SUD = 1,5 X 20 = 30
-          Batas bawah C = M – 0,5 SUD = 60 – 15 = 45
-          Batas atas C     = M + 0,5 SUD = 60 + 15 = 75
-          Batas atas B     = M + 1,5 SUD = 60 + 45 = 105
-          Batas bawah D           = M - 1,5 SUD = 60 – 45 = 15
·           Jadi skor < 15 mendapat nilai E ( tidak ada)
·           Skor 15 – 44 mendapat nilai D = 10 siswa
·           Skor 45 -75 mendapat nilai C = 26 siswa
·           Skor 76 – 105 mendapat nilai B = 14 siswa
·           Skor > 105 mendapat nilai A ( tidak ada)

C.        Mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10.
Seorang guru PBA memperoleh skor mentah dari hasil ujian dengan peserta didik yang berjumlah 50, adapun hasil dari ulangan tersebut adalah sebagai berikut:

16   64   87   36   65   42   43   54   47   51
77   55   68   42   40   47   42   46   45   50
20   57   28   7     44   51   40   39   39   57
28   39   21   48   46   37   41   43   49   71
29   44   34   50   45   35   44   52   56   45

Untuk mengolah menjadi skor 1-10 perlu mencari mean dan standar deviasi . skor diatas disusun dalam table distribusi frekuensi. Caranya:
1.      Mencari range (R) = skor max – skor min = 87 – 7 = 80
2.      Mencari banyaknya kelas interval dengan rumus K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 50 = 1 + 5,6 = 6,6 dibulatkan menjadi 6
3.      Mencari interval dengan rumus I = R/ K
I = 80 / 6 = 13,3 dibulatkan 13

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas
Interval
F
D
Fd
Fd × d
1
7 – 19
2
-2
-4
8
2
2032
5
-1
-5
5
3
3345
21
0
0
0
4
4658
16
1
16
16
5
5971
4
2
8
16
6
7284
1
3
3
9
7
8597
1
4
4
16


50

22
83

Sekarang kita mencari angka rata-rata (mean) dari table di atas. Rumus mean adalah  M = M’ +  i ∑fd/N ,                                  M’ =  = 39
Dengan melihat table distribusi frekuensi maka:
M =  39 + 13 ( 22/50) = 44,72
Dari table ini sekarang kita mencari DS rumusnya adalah :
SD =  i 
SD = 13  = 15,74 dibulatkan 16    
Setelah menemukan mean dan DS langkah selanjutnya adalah menjabarkan skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai 1 – 10 dengan menggunakan rumus penjabaran sebagai berikut:
M + 2,25 SD = 10
M + 1,75 SD = 9
M + 1,25 SD = 8
M + 0,75 SD = 7
M + 0,25 SD = 6
M + 0,25 SD = 5
M + 0,75 SD = 4
M + 1,25 SD = 3
M + 1,75 SD = 2
M + 2,25 SD = 1                         
Hasil perhitungan
Penjabaran

44,72 + (2,25 × 16) = 80,72
Skor 81 keatas = 10

44,72 + (1,75 × 16) = 72,72
7380 = 9

44,72 + (1,25 × 16) = 64,72
65 – 72 = 8

44,72 + (0,75 × 16) = 56,72
5764 = 7

44,72 + (0,25 × 16) = 48,72
4956 = 6

44,72 -  (0,25 × 16) = 40,72
4148 = 5

44,72 - (0,75 × 16) = 32,72
33 40 = 4

44,72 - (1,25 × 16) = 24,72
2532 = 3

44,72 - (1,75 × 16) = 16,72
1724 = 2

44,72 - (2,25 × 16) = 8,72
916 = 1




Hasil perhitungan :
Skor   mendapat nilai 10 ada 1 siswa
73 – 80 mendapat nilai 9 ada 1 siswa
65 – 72 mendapat nilai 8 ada 3 siswa
57 – 64 mendapat nilai 7 ada 3 siswa
49 – 56 mendapat nilai 6 ada 9 siswa
41 – 48 mendapat nilai 5 ada 17 siswa
33 – 40 mendapat nilai 4 ada 9 siswa
25 – 32 mendapat nilai 3 ada 3 siswa
17 – 24 mendapat nilai 2 ada 2 siswa
Skor < 16 mendapat nilai 1 ada 2 siswa 

Dengan penjabaran diatas maka guru dapat langsung memasukkan atau mengubah nilai skor mentah yang diperoleh setiap peserta didik kedalam nilai 1 – 10.
Dengan penjabaran secara statistik dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan menggunakan mean dan DS maka dengan bagaimana pun hasil tes yang kita peroleh akan menghasilkan nilai diantara 1- 10. Sehingga akan terdapat anak yang memperoleh nilai yang tinggi dan nilai yang terendah,karena penyusunan tabel yang menjadi dasar perhitungan menggunakan skor maksimum dan skor minimum yang benar-benar dicapai oleh kelompok peserta didik yang dites.  
Ada cara lain untuk mengubah skor mentah menjadi nilai 1 -10, yaitu menggunakan Mean ideal dan DS ideal.
Caranya adalah sbb:
Misalkan tes yang dipergunakan untuk ulangan plantae yang telah dibicarakan di atas memiliki skor maksimum ideal = 100, maka:

Mean ideal =  =  = 50

SD ideal =  =  = 16,6

       Dengan menggunakan rumus penjabaran yang sama seperti di atas, maka:
50 + ( 2,25 x 16,6) = 87,35 dibulatkan menjadi 87 mendapatkan nilai 10
50 + ( 1,75 x 16,6) = 79,05 dibulatkan menjadi 79 mendapatkan nilai 9
50 + ( 1,25 x 16,6) = 70,75 dibulatkan menjadi 71 mendapatkan nilai 8
50 + ( 0,75 x 16,6) = 62,45 dibulatkan menjadi 62 mendapatkan nilai 7
50 + ( 0,25 x 16,6) = 54,15 dibulatkan menjadi 54 mendapatkan nilai 6
50 -  ( 0,25 x 16,6) = 45,85 dibulatkan menjadi 46 mendapatkan nilai 5
50 -  ( 0,75 x 16,6) = 37,55 dibulatkan menjadi 38 mendapatkan nilai 4
50 -  ( 1,25 x 16,6) = 29,25 dibulatkan menjadi 29 mendapatkan nilai 3
50 -  ( 1,75 x 16,6) = 20,95 dibulatkan menjadi 21 mendapatkan nilai 2
50 -  ( 2,25 x 16,6) = 12,65 dibulatkan menjadi 13 mendapatkan nilai 1





BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
       Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item test  yang telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar
Ø  Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M) dan Rerata Deviasi (RD). Rumusnya : M = (Σ X)/N, RD = { Σ(X-M)}/N
Ø  Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean dan SD. Rumusnya: Dengan rumus diatas maka: Cara mencari standar deviasi adalah dengan rumus: Mean = M’ +  i (∑fd/N)
SD= i 
Ø Mengolah skor mentah menjadi nilai angka 1 -10
      M = M’ +  i (∑fd/N)
SD= i 








DAFTAR PUSTAKA

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka       Cipta.
Drs. Zainal Arifin, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja     Rosdakarya.
Faizah. Faza,   2013, Pengolahan Hasil Evaluasi,      widget- animasi- blog, diakses            pada tanggal 29 november 2013
Nana Sudjana, 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja        Rosdakarya.
Ngalim purwanto, 2010. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran Bandung.             PT Remaja Rosdakarya.





[1]           Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran (Bandung. PT Remaja      Rosdakarya: 2010) hal. 89

[2] Ibid,.hal 90
[3] Ibid,. Hal 92

1 komentar: